Makalah (softskill) Ekonomi Koperasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, serta doa dan motivasi dari berbagai pihak sehingga pada akhirnya makalah yang disusun untuk  persyaratan tugas softskill pada mata kuliah Ekonomi Koperasi.Dngan membuat makalah tentang “Cerita Sukses "Credit Union” dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan ini, terutama kepada :
·         Bapak Mohammad Abdul Mukhyi selaku dosen mata kuliah Ekonomi Koperasi
·         Orang Tua saya yang telah memberi saya motivasi, dorongan dan semangat sehingga penulisan ini dapat terealisasikan dengan baik
·         Semua pihak yang telah membantu ataupun memberikan dorongan baik moril maupun materil yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penulisan ini
Dalam penulisan ini saya menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, baik dalam isi maupun cara penyajiannya, karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi penyempurnaan penulisan ini.

  
Bekasi, November 2011




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Koperasi Kredit
2.2 Ciri-ciri Koperasi.
2.3 Cerita Sukses "Credit Union"
2.4 Sejarah Credit Union Dunia
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang masalah
koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Koperasi di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat karena para anggota-anggotanya yang terdiri dari masyarakat umum telah mengetahui manfaat dari pendirian koperasi tersebut, yang dapat membantu perekonomian dan mengembangkan kreatifitas masing-masing anggota.
Upaya dari pendirian koperasi ini sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk lebih memahami koperasi, hendaknya kita mengetahui ciri-ciri dari koperasi kredit . Dari latar belakang diatas maka penulis ingin membahas ciri-ciri koperasi dan badan usaha koperasi agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya koperasi dan badan usaha koperasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Apa pengertian dari koperasi kredit
b. Apa saja yang menjadi ciri-ciri koperasi kredit
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
a. Untuk mengetahui kondisi koperasi kredit di Indonesia
b. Sebagai tugas mata kuliah Ekonimi Koperasi di semester Tiga.


BAB II
 
PEMBAHASAN

2.1 KOPERASI KREDIT *)
Koperasi Kredit yang sering juga disebut "Credit Union” adalah koperasi yang mempunyai usaha tunggal, yakni simpan-pinjam sebagai usaha atau bisnis utamanya.
Koperasi kredit ini biasanya muncul atas  prakarsa dan mufakat sekelompok orang yang merasa mempunyai kesamaan kebutuhan dan kepentingan untuk menggerakkan suatu modal bersama, terutama yang berasal dari simpanan untuk dipinjamkan diantara sesama mereka, dengan tingkat  bunga  yang memadai sesuai dengan kesepakatan bersama pula. Pinjaman dapat diberikan atas dasar keperluan dararyawan sesuatu instansi  pemerintah  atau  swasta,  guru,  perawat.  Kedua,  kesamaan  tempat  tinggal. Misalnya  RT,  RW,  pendukuhan,   Kampung,  desa.  Ketiga,  keanggotaan  sesuatu perkumpulan/organisasi. Umpamanya himpunan petani, himpunan nelayan, himpunan pecinta alam, perkumpulan mahasiswa.
Pengalaman menunjukkan bahwa ketiga jenis ikatan pemersatu sebagai dasar solidaritas  bersama  di  atas  mampu  memekarkan  kesamaan  pandangan  terhadap pengembangan sikap hemat, saling percaya, penataan simpanan yang praktis dalam lingkup swadaya, penggunaan uang secara lebih bijaksana, pelayanan pinjaman secara cepat,  tepat  dan  murah,  tanpa  keharusan  adanya  Jaminan  yang  tinggi  bagi  para anggotanya.  Kecuali  itu    ikatan  pemersatu  itu  memudahkan   pelaksanaan  usaha pendidikan yang diberikan kepada para anggota dan calon anggota
Ada  enam  pilar  /  hal  pokok  bagi  pengembangan  koperasi  kredit  yakni  yakni swadaya, kerjasama, efisiensi, solidaritas, kesejahteraan bersama dan pendidikan yang bersinambungan,    Keenam    hal    itu    biasanya    dimasukkan    dalam    lingkup    bahan pendidikan, baik secara formal maupun secara Informal, secara lisan maupun tertulis.
Para  penggerak  koperasi  kredit  di  Indonesia  maupun  di  Negara  maju  seperti Amerika  Serikat  dan  Canada  berprinsip  bahwa  orang-orang  yang  hendak  menjadi anggota koperasi itu harus melalui satu tahapan pendidikan awal yang disebut latihan dasar selama lima sampa tujuh hari. Aspek pendidikan dalam lingkup pengembangan koperasi  kredit  sangat  penting  karena  di  samping  koperasi  kredit  adalah  gerakan ekonomi  melalui  kegiatan,  dan  Koperasi  kredit  adalah  gerakan  pendidikan  melalui kegiatan  ekonomi.  Koperasi  kredit  berkembang  karena  pendidikan.  Koperasi  kredit mendapat  pengawasan  oleh  pendidikan  kredit  bergantung  sebagian  besar  pada pendidikan.
Dalam pendidikan awal atau pendidikan dasar ini para calon anggota mendapat orientasi tentang penataan masalah-masalah ekonomi rumah tangga, cara menabung, meminjam,  uang  pangkal,  simpanan  pokok,  simpanan  wajib,  simpanan  sukarela, angsuran pinjaman, bunga, denda, sisa hasil usaha, pencocokan antar buku anggota dengan  catatan  yang  ada  di  bendahara  (kartu  simpanan  dan  pinjaman  anggota), termasuk    aspek-aspek    yang    oleh    ibu-ibu    penggerak    Koperasi    kredit        disebut TUKKEPAR, yakni tujuan pinjaman, Kemampuan mengembalikan pinjaman, Kerajinan menabung, Prestasi dan Partisipasi dalam kegiatan-kegiatan  koperasi kredit. Selain aspek-aspek  dari  Laporan  Keuangan  dan Statistik  Bulanan  (LKBS)  juga  tercantum catatan    mengenai    lingkup    pinjaman        produktif,    kesejahteraan,    darurat,    kelipatan pinjaman, termasuk aspek ATTUR, yakni Angsur Tepat Turut Rencana.
Kecuali  itu,  dalam  pelatihan  dasar  para  calon  anggota  mendapat  penjelasan tentang anggaran  dasar dan anggaran rumah tangga koperasi kredit yang disepakati atau bakal disepakati, penataan Rapat Anggota Tahunan, uraian tugas dar Pengurus, Dewan  Pimpinan,  Panitia   Pendidikan,   Paniatia  Kredit,  Badan  Pemeriksa,  dsan Karyawan (kalau ada).
Pentingnya  aspek  pendidikan  terpatri  dalam  pengembangan  koperasi  kredit dengan adanya pembakuan panitia permanen yang disebut Panitia Pendidikan. Panitia ini melakukan upaya pendidikan kepada para anggota untuk mengembangkan sumber dana dan sumber manuasia yang diantara para anggota.
Pendidikan ini biasanya diadakan secara terus menerus! Oleh karena itu Wakil Ketua dari  dewan pimpinan di koperasi kredit primer secara langsung biasanya jadi ketua panitia pendidikan ini. Hal itu berpangkal dari pengalaman bahwa kesulitan dari seseorang    yang    berkekurangan/miskin    hanya    dapat    diatasi    dengan    jalan mengumpulkan dana dari mereka sendiri dan meminjamkan dana itu kepada sesame mereka    asal    ada        pengembangan    sumber    dana    melalui    pendidikan    yang bersinambungan, baik secara formal maupun informal (human investment).
Apa yang dinamakan arisan di Jawa, julo-julo di Sumatera Utara, dan sejenis arisan didaerah lain merupakan dasar yang selalu dapat dibuat lebih dinamis menjadi koperasi    kredit.    Berbagai    pengalaman    praktis    dilapangan    menunjukkan    bahwa kelompok arisan yang digerakkan oleh wanita telah berubah menjadi koperasi kredit yang sukses malalui latihan dasar dalam koperasi kredit.
Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir ini para wanita dan ibu dalam koperasi kredit  telah mengambil peranan yang menentukan dalam panitia pendidikan untuk mengembangan koperasinya.
Pengalaman penulis menjadi konsultan pengembangan koperasi dalam berbagai latihan saat ini, menunjukan semakin bertambah banyaknya jumlah peserta wanita jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berkaitan dengan itu, maka terasa pula semakin diperlukannya peningkatan  partisipasi wanita didalam koperasi kredit dalam rangka peningkatan mutunya. Laithan-latihan lain diluar latihan dasar perlu diusahakan agar peserta wanitanya menjadi semakin bertambah banyak. Hal  ini ditekankan pula oleh  Badan  Koordinasi  Koperasi  Kredit  Indonesia  (BK3I)  saat  ini,  berangkat  dari pengalaman  pada  koperasi-koperasi  kredit  yang  bendahara,  panitia  kredit,  badan pemeriksa,  dan yang lain terdiri dari wanita menunjukkan kemampuan atau prestasi yang baik.  Singkatnya,  para  wanita  yang  menjadi funsionaris  koperasi  kredit  pada umumnya terbukti sangat teliti, tekun dan tidak korup. Di berbagai koperasi kredit yang dikelola oleh wanita dan relatif telah maju, seluruh pengurusnya membutuhkan latihan- latihan yang lebih canggih lagi sesuai dengan proses dinamika yang terjadi  dalam koperasi untuk memacu efisiensi teknis ekonomis maupun sosial serta solidaritas dalam penyelenggaraan koperasi.
Pada mulanya penanganan koperasi kredit berpijak pada pengaturan ekonomi rumah tangga  para anggota. Semakin baik dan telaten pengaturan ekonomi rumah tangga,  semakin  berkembang  koperasi  kreditnya,  karena  tabungan  koperasi  kredit biasanya berasal dari penghematan dan efisiensi dalam penataan pengeluaran rumah tangga para anggotanya.
Menegenai  penataan  ekonomi  rumah  tangga  atau  pengeluaran  rumah  tangga biasanya para  wanita atau ibu rumah tangga mampu mengaturnya. Oleh karena itu, wanita atau ibu yang mampu mengatur ekonomi rumah tangganya dengan efisien itu biasanya  tabungannya  di  Koperasi  kredit  juga  naik.  Hal  ini  secara  tidak  langsung mendidik suami untuk hemat.
Dalam buku Koperasi, Kunci Untu Kemajuan (Cooperation The Keyu to Progress), suatu panduan untuk pimpinan koperasi tulisan Boavida Coutinho disebutkan klalau ibu rumah tangga mengerti koperasi kredit maka koperasi kredit akan berhasil karena para ibu    sangat    menentukan    dalam    pengaturan    ekonomi    rumah    tangga    keluarga. Sebaliknya,  kalau  ibu  tidak  mengerti  koperasi  kredit,  keluarga  bisa  mudah  jatuh ketangan lintah darat, tidak hemat, tidak dapat menata simpan pinjam dengan baik.
Kecuali itu, pengalaman mengatur ekonomi rumah tangga juga merupakan basis bagi  pengaturan efisiensi dalam koperasi kredit. Tidak mengherankan bila beberapa koperasi  kredit  yang   berhasil  diluar  negeri  atau  pun  ditanah  air  saat  ini  ketika berpartisipasi dalam lingkup kepemimpinannya  menonjol, telah merangsang anak-anak dibawah umur 18 tahun menjadi anggota  luar biasa dari koperasi kredit di tempat ibunya  aktif.  Anak-anak  yang  menjadi  anggota  luar  biasa  ini  berhak  pula  untuk menabung, tetapi tidak untuk meminjam. Keanggotaan luar biasa ini  ternyata telah menumbuhkan semangat berhemat, dan menabung anak-anak di rumah. Lalu secara perlahan-lahan tetapi pasti mereka menjadi anak-anak yang mencintai koperasi kredit karena mendapat pendidikan secara tidak langsung dari ibunya yang menjadi anggota!
Koperasi  kredit  dapat  digolongkan  maju  diteropong  dari  mutu  pengurus  dan anggotanya  dengan  pernyataan-pernyataan,  apakah  mereka  telah  mengikuti  ragam pelatihan, antara lain :
1.  Latihan dasar
2.  Latihan kepemimpinan
3.  Latihan auditing koperasi kredit
4.  Latihan manajemen keuangan
5.  Latihan manajemen umum
6.  Latihan perencanaan dalam koperasi kredit
7.  Latihan dalam silang pinjam antara primer koperasi kredit
8.  Latihan penataan dana perlindungan bersama (asuransi untuk para anggota)
9.  Latihan kewirakoperasian (entrepreneurial cooperative)
10. Latihan untuk para pelatih
Latihan-latihan  diatas  secara  langsung  atau  tidak  langsung  memberikan  hasil tertentu bagi  pengembangan koperasi kredit (credit union) yang dirintis sejak a970 dibawah ayoman BK3I.
Koperasi Kredit Primer yang bergabung dalam  BK3I hingga akhir tahun 1985 berjumlah   1.308   buah,  dengan  jumlah  anggota  145.563  orang,  simpanan  yang terhimpun Rp. 7.237.174.298,- pinjaman yang masih beredar Rp. 7.618.001.174,- serta kekayaan Rp. 8.601.301.692,- Koperasi kredit primer ini tersebar di daerah pedesaan dan  perkotaan,  yang  pada  tingkat  daerah  di  koordinasikan  oleh  badan  Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) saat ini 17 buah dan  mempunyai wilayah kerja yang meliputi 20 propinsi di Indonesia.
Semakin banyak anggota yang mengikuti aneka latihan atau kursus di atas maka koperasi kredit yuang bersangkutan dianggap semakin bermutu pula. Tanpa mengitkuti latihan dasar itu seseorang tidak dapat diterima menjadi insane koperasi kredit secara penuh.
Kesembilan  jenis  latihan  di  luar  latihan  dasar  seperti  dipaparkan  diatas  juga diberikan  secara bertahap kepada penggerak koperasi kredit wanita di Indonesia di bawah koordinasi BK3I, kendati masih dalam jumlah terbatas.
Yang nyata bahwa kini semakin banyak anggota wanita koperasi kredit mendapat latihan  kian  meninggi  mutu    professional  usaha  pengembangan  koperasi  kredit  di Tanah Air!

2.2 Ciri-ciri Koperasi.
           Koperasi ada juga yang dikembangkan untuk menampung dan menyalurkan hasil produksi para anggotanya. Hasil pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian akan ditampung oleh koperasi. Dengan menjual ke koperasi para petani, peternak, nelayan, dan pengrajin dapat menjual hasil usahanya dengan harga yang sangat pantas.
Koperasi membantu anggota yang kekurangan modal. Anggota koperasi yang kekurangan modal untuk menjalankan usaha, dapat memperoleh pinjaman dari koperasi. Koperasi pada umumnya memberikan kredit lunak kepada anggotanya. Kredit lunak artinya pinjaman dengan bunga yang ringan. Uang pinjaman tersebut dapat dipergunakan oleh anggota koperasi untuk mendukung usahanya.
Disini kita sangat dapat merasakan bahwa koperasi berbeda dengan badan usaha lainnya. Tidak seperti badan usaha lain, koperasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Koperasi merupakan kumpulan orang-orang, dan bukan kumpulan modal. Ini berbeda dengan badan usaha yang lainnya. Bentuk usaha lainnya yang lebih dipentingkan adalah modal. Dalam koperasi yang lebih utama adalah orangnya. Maka, setiap anggota dianggap penting dalam koperasi.
2.      Kedudukan anggota dalam koperasi sederajat atau setara (sama tinggi). Tidak ada anggota koperasi yang lebih tinggi. Sebaliknya, tidak ada juga anggota kopearsi yang lebih rendah. Dengan kesetaraan keanggotaan seperti ini setiap anggota koperasi mendapatkan perlakuan yang sama. Mereka bekerja bersama-sama  dan melakukan tugas masing-masing dengan hak yang sama.
3.      Semua kegiatan koperasi Indonesia harus didasarkan atas kesadaran para anggotanya, bukan karena adanya dorongan dengan terpaksa. Kesadaran ini akan muncul dari dalam hati setiap anggota karena mereka merasakan sendiri keuntungan yang diperoleh dari koperasi.
          4.      Tujuan Koperasi Indonesia benar-benar merupakan kepentingan bersama para                    anggotanya.Tujuannya meningkatkan kemakmuran para anggotanya.

2.3 Cerita Sukses "Credit Union"
Jalan hidup Pintaraja Marianus Sitanggang berubah sepulang mengikuti seminar perburuhan di Baguio City, Filipina, tahun 1970. Sitanggang yang saat itu menjadi guru SMA Katolik Budi Mulia, Pematang Siantar, Sumatera Utara, berada di Filipina karena ditugaskan Pengurus Pusat Persatuan Guru Katolik.  Salah satu materi seminar perburuhan itu tentang credit union (CU), yang di Indonesia diterjemahkan secara bebas sebagai koperasi kredit. Sepulang dari Filipina, Sitanggang tergerak mendirikan CU di sekolahnya. Ia mengajak guru dan karyawan SMA Budi Mulia.
Namun, kondisi ekonomi saat itu belum pulih setelah lonjakan inflasi pada akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Ini membuat tak banyak orang tertarik pada ide koperasi simpan pinjam itu. Sitanggang tak kehilangan akal. Sebagai ketua yayasan, ia lalu memotong sebagian gaji guru dan karyawan sebagai simpanan saham. Simpanan saham dalam Undang-Undang Koperasi dikenal dengan istilah simpanan wajib anggota. Ia juga mengajak guru dan karyawan SMA Cinta Rakyat bergabung agar permodalan CU semakin kuat.
Pada tahun 1973 terbentuklah CU Cinta Mulia. Pada awal tahun 1970 pula, Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Medan mengadakan kursus dasar pembentukan CU. Mendengar di Pematang Siantar sudah ada CU yang didirikan Sitanggang, Keuskupan Agung Medan membentuk tim untuk menyosialisasikan ide pendirian CU ke beberapa daerah lain di Sumut. ”Waktu itu lembaga keuangan, apalagi koperasi, hampir tak dipercaya masyarakat.
Di sisi lain, masyarakat miskin di desa-desa tak mengenal konsep menabung karena untuk makan saja sulit,” ujarnya. Tantangan membentuk permodalan bersama bagi rakyat miskin di pedesaan tak menyurutkan semangat Sitanggang. Ia tak ragu mendatangi kedai tuak, mengunjungi rumah warga di pelosok Sumut, hanya untuk memberi pemahaman bahwa semiskin-miskinnya orang masih ada yang bisa mereka sumbangkan. Dengan berkantor di gereja selama 10 tahun pertama, CU mulai dilirik masyarakat. ”Wibawa gereja membuat masyarakat percaya kepada CU,” katanya.
Namun, awal tahun 1980 gereja menarik diri dari pengembangan CU. ”Secara perlahan gereja mundur karena memang bukan tugasnya,” ujar Sitanggang. Hikmahnya, CU menjadi semakin inklusif. CU menjadi lembaga keuangan yang tak hanya dimiliki jemaat gereja Katolik, tetapi juga mereka yang beragama lain. Mulai bermunculan Setelah Pematang Siantar, CU kemudian berdiri juga di Pakkat dan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Siborongborong, Tapanuli Utara, Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara, Tebing Tinggi, serta Barus dan Manduamas, Tapanuli Tengah.
Bermunculannya CU ini lalu menumbuhkan Badan Pengembangan Daerah Koperasi Kredit Sumut yang menjadi cikal bakal koperasi sekunder (pusat koperasi di tingkat provinsi), Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D). Penyesuaian nama sejalan dengan Undang-Undang Koperasi, membuat BK3D diubah menjadi Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit), dan Sitanggang menjadi ketuanya hingga kini. Ia juga menjaga filosofi koperasi sebagai lembaga keuangan yang didirikan secara bersama untuk mengubah nasib anggotanya. Ia memegang teguh prinsip; koperasi dibentuk karena ada sekelompok orang yang merasa senasib dan menyadari bersama nasib mereka harus diperbaiki.
”Kebersamaan di CU diwujudkan dengan menyimpan dan memberikan pinjaman kepada anggota yang paling memerlukan,” ujar Sitanggang yang juga bercerita bahwa hingga akhir tahun 1970 CU tak boleh menggunakan nama koperasi. ”Ini karena koperasi di desa, menurut pemerintah, hanya satu, yakni KUD (koperasi unit desa). CU terpaksa bergerak sembunyi-sembunyi karena kalau ketahuan pemerintah saat itu kami dipaksa masuk KUD. Padahal, banyak KUD mengingkari prinsip koperasi. Pengurusnya ditunjuk pejabat di daerah di mana KUD berada, bukan berdasarkan kemauan anggota,” katanya. Selain itu, ia juga harus berusaha menyadarkan warga miskin di pedesaan agar menyisihkan sebagian uang mereka sebagai simpanan saham anggota CU. Pada awal pendirian, simpanan saham anggota CU Rp 200 per bulan.
Kini, simpanan saham Rp 10.000-Rp 50.000. ”Simpanan saham ini menjadi tanda andil anggota sebagai pemilik CU,” ujarnya. Daya tarik Sebagai koperasi simpan pinjam, daya tarik CU adalah penyaluran kredit atau pinjaman kepada anggota. Guna menghimpun modal, CU juga memiliki berbagai produk simpanan nonsaham, seperti simpanan bunga harian (sibuhar) yang mirip tabanas, simpanan pendidikan (mirip tabungan berencana), dan simpanan sukarela berjangka (mirip deposito). Sebagai lembaga pembiayaan, saingan CU adalah bank. Jadilah persaingan itu berkaitan dengan penentuan suku bunga. Jika suku bunga simpanan bank di bawah 9 persen, CU menetapkan di atasnya, yaitu 9-15 persen.
Jika suku bunga pinjaman bank dihitung berdasarkan total pinjaman, suku bunga pinjaman CU berlaku menurun, dihitung dari sisa pokok pinjaman dengan besaran bunga 2,5 persen. ”Di desa yang CU-nya besar, bank umumnya enggak laku.” ”Tetapi, kami juga harus menjaga ’penyakit’ anggota CU, yang biasa disebut lapar kredit.
Saya selalu ingatkan filosofi CU yang utama adalah keswadayaan. Kredit diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan di antara anggota. Makanya, CU menetapkan beberapa aturan agar seseorang bisa mendapatkan kredit, salah satunya hadir rutin dalam pertemuan kelompok, prestasinya dalam menabung, dan tak bermasalah dalam pembayaran pinjaman,” katanya.
Sebagai koperasi yang sejak awal ingin memberdayakan warga miskin, terutama di pedesaan yang warganya mayoritas petani, CU menjadi penolong. ”Kami bisa memberikan pinjaman bagi anggota yang mengalami gagal panen. Kalau mereka tak diberikan stimulus pinjaman baru, justru nantinya bakal menjadi kredit macet di CU,” katanya.
Kerja keras Sitanggang selama 40 tahun berbuah manis. Berawal sebuah koperasi yang dibentuk dari dua SMA di Pematang Siantar, kini ada 61 CU di bawah Puskopdit BK3D Sumut. Total aset CU di bawah Puskopdit BK3D ini, per November 2010, mencapai Rp 1 triliun. Uang tersebut semuanya berasal dari simpanan saham anggota CU yang jumlahnya lebih dari 250.000 anggota.

2.4 Sejarah Credit Union Dunia    
 
Pada awal abad ke-19, masyarakat Jerman ditimpa musibah kelaparan dan musim dingin hebat. Para petani yang menggantungkan hidup pada kemurahan alam tak berdaya melawan keadaan. Persediaan makanan sangat terbatas dan penyakit mewabah.  Foto Google/Friedrich Wilhelm Raiffeisen  Dalam keadaan yang serba tak menentu seperti itu, ada sekelompok orang yang diuntungkan dan bahagia atas penderitaan orang lain. Mereka adalah para lintah darat. Kalau para petani memerlukan uang, maka kepada lintah darat itulah mereka berlindung.
Para lintah darat meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi. Beginilah nasib para petani “gali lubang tutup lubang, tutup hutang lama, cari hutang baru.” Bahkan sering terjadi harta benda para petani juga menjadi incaran para lintah darat.  
Karena sulitnya kehidupan di kampung, para petani berbondong-bondong ke kota mengadu nasib mencari pekerjaan. Di sana mereka berusaha mencari nafkah sebagai buruh kasar di pabrik-pabrik.
Tetapi, sebagai buruh kasar, mereka hanya diperas tenaga dan keringatnya, tanpa  imbalan atau upah memadai. Majikan malah bertambah kaya, tetapi buruh hanya dijadikan sebagai sapi perahan belaka.  
Keadaan di kota lebih dipersulit lagi dengan meletusnya Revolusi Industri menjelang pertengahan abad ke-19. Tenaga buruh mulai diganti dengan tenaga mesin, sehingga pengangguran merajalela.
Buruh makin tak berdaya. Nasib para petani yang pindah ke kota menjadi buruh pabrik tidak lebih baik dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang masih bertahan di kampung.  Karena keadaan sosial-ekonomi masyarakat Jerman yang semakin memburuk, seorang Wali Kota Flammerfield di Jerman Barat, Friedrich Wilhelm Raiffeisen, bertekat untuk mencari jalan keluarnya.
“Kaum miskin harus segera ditolong,” katanya. Maka Raiffeisen mengundang kaum kaya agar mengumpulkan uang untuk menolong kaum miskin.  Kaum kaya menanggapi secara positif seruan Walikota Raiffeisen. Mereka mengumpulkan uang dan membagi-bagikannya kepada kaum miskin. Tetapi usaha ini tidak membuahkan hasil dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kaum miskin.
Ternyata, derma atau bantuan cuma-cuma tidak dapat memecahkan masalah kemiskinan. Sebab kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru. Penggunaan uang tidak terkontrol dan tidak sedikit para penerima derma yang cepat-cepat memboroskan uangnya agar segera minta derma lagi.
Akhirnya, para dermawan tidak berminat membantu kaum miskin lagi.  Walikota Raiffeisen bukanlah orang yang mudah putu sasa. Dia menempuh cara lain dalam menyelesaikan masalah kemiskinan ini dengan mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di Jerman. Roti-roti yang terkumpul dibagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin. Tetapi usaha ini pun tidak menyelesaikan masalah kemiskinan secara permanen.
Hari ini diberi, besok sudah habis, begitu seterusnya. Berdasarkan pengalaman di atas, sang wali kota berkesimpulan: “KESULITAN SI MISKIN HANYA DAPAT DI ATASI OLEH SI MISKIN ITU SENDIRI. SI MISKIN HARUS MENGUMPULKAN UANG SECARA BERSAMA-SAMA DAN KEMUDIAN MEMINJAMKAN KEPADA SESAMA MEREKA JUGA. PINJAMAN HARUS DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN YANG PRODUKTIF, YANG MEMBERIKAN PENGHASILAN. JAMINAN PINJAMAN ADALAH WATAK SI PEMINJAM.”  Untuk mewujudkan impian tersebut, Raiffeisen bersama kaum buruh dan petani miskin membangun Koperasi yang bernama Credit Union. Mereka berhasil mencetuskan tiga (3) prinsip utama Credit Union, yaitu:
1. Azas swadaya-Tabungan hanya diperoleh dari anggotanya;
2. Azas Setia kawan-Pinjaman hanya diberikan kepada para anggota;  
3. Azas Pendidikan dan Penyadaran-Membangun WATAK adalah yang utama. Hanya yang berwatak baik yang dapat diberikan pinjaman.
Jadi, jaminan pinjaman adalah watak peminjam.  Credit Union yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin, dan kaum buruh berkembang pesat di Jerman. Bahkan menyebar ke seluruh dunia. Credit Union dibawa ke Kanada oleh seorang wartawan yang bernama Alphonse Desjardin pada awal abad ke-20. Ke Amerika Serikat, Credit Union dibawa oleh seorang saudagar kaya yang bernama Edward Fillene. Sedangkan ke Indonesia, Credit Union dibawa seorang pastor Yesuit bernama Pastor Karl Albrecth Karim Arbie, SJ .
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN  3.1
Koperasi Kredit yang sering juga disebut "Credit Union” adalah koperasi yang mempunyai usaha tunggal, yakni simpan-pinjam sebagai usaha atau bisnis utamanya.
Dalam penjelasan diatas berdasarkan contoh koperasi kredit memiliki peran dan fungsi : Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial, turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.Koperasi Kredit yang sering juga disebut "Credit Union” adalah koperasi yang mempunyai usaha tunggal, yakni simpan-pinjam sebagai usaha atau bisnis utamanya.
Koperasi kredit ini biasanya muncul atas  prakarsa dan mufakat sekelompok orang yang merasa mempunyai kesamaan kebutuhan dan kepentingan untuk menggerakkan suatu modal bersama, terutama yang berasal dari simpanan untuk dipinjamkan diantara sesama mereka, dengan tingkat  bunga  yang memadai sesuai dengan kesepakatan bersama pula. Pinjaman dapat diberikan atas dasar keperluan darurat, usaha produktif (niaga atau investasi), atau untuk keperluan kesejahteraan para anggota.
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dari buku “PENGEMBANGAN KOPERASI”, Thoby Mutis
http://milikbahrulum.blogspot.com/2010/11/ciri-ciri-koperasi.html
 

NAMA KELOMPOK          :       
1. Irwan Hasiholan  ( 23210641 )
                                                                             
2. Affri Abdullah (20210247 )
                                                                             
3. Rendra Dwi Permana  ( 25210734 )
                                                      
                                                       
MATA KULIAH    :  Ekonomi Koperasi
KELAS                   :  2 EB 21



Komentar

  1. PELUANG LAIN LAGI, APAKAH ANDA USAHA MAN / WANITA, A PEKERJA DI ORGANISASI, Wiraswasta? Membutuhkan pinjaman pribadi untuk bisnis tanpa stres, Jika demikian, hubungi kami hari ini, kami menawarkan pinjaman tahun baru pada tingkat bunga rendah dari 2%, Anda dapat memulai tahun baru dengan senyum di wajah Anda, keselamatan, kebahagiaan kami pelanggan adalah kekuatan kita. Jika Anda tertarik, mengisi formulir aplikasi pinjaman di bawah ini:
    Informasi Peminjam:

    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    BalasHapus

Posting Komentar