Film 22 Menit Menginspirasi Masyarakat Untuk Turut Membantu Pihak Kepolisian Untuk Memerangi Terorisme

Film drama aksi “22 menit” yang terinspirasi dari terror bom di Jakarta siap menghibur penonton bioskop di Indonesia mulai 19 Juli 2018. Terinspirasi tragedi bom Sarinah pada 14 Januari 2016, hyperlink sejatinya merupakan bentuk yang tepat, mungkin malah paling efektif untuk menggambarkan bahwa korban yang berasal dari beragam kalangan, terhubung dalam satu pengalaman kolektif. Bahwa di tengah kekacauan tersebut, ada individu-individu yang menyimpan cerita, atau dalam konteks naskah buatan H
usein M. Atmodjo (Parts of the Heart, Midnight Show) dan Gunawan Raharjo (Jingga), sosok tercinta masing-masing. Perspektif itu berpotensi memberi dampak emosional kuat, sebab terdapat hal spesial, misterius, bahkan “ajaib” seputar pengalaman kolektif yang terwujud melalui kebetulan yang diprakarsai takdir. Didukung penuh pihak kepolisian, film 22 Menit diambil di lokasi asli, Butuh 22 menit bagi Polri untuk meringkus teroris saat Bom Sarinah alias Bom Thamrin terjadi di Jakarta, Januari 2016 lalu. Angka itu lantas dijadikan judul film terbaru Eugene Panji dan Myrna Paramita yang diangkat dari kisah nyata Bom Thamrin, 22 Menit. Namun butuh lebih dari itu bagi penonton untuk jatuh cinta pada filmnya. Panji dan Myrna membuat 22 Menit seperti Vantage Point. Bedanya, yang satu upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika, satu lagi pengeboman di jantung kota Jakarta. Namun cara menceritakannya mirip. Film diceritakan berulang dari sudut pandang berbeda-beda. Dengan alur maju mundur yang menarik, Panji dan Myrna menceritakan peristiwa Bom Thamrin secara nyaris utuh-tanpa sudut pandang pelaku atau terorisnya-dari tiap karakter. Penyusunan adegan demi adegan terbilang cukup apik. Karakter diperkenalkan satu per satu sejak awal film. Sesekali penonton diajak kembali ke kejadian serupa, namun melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Ini teknik pengerjaan film yang cukup fresh di Indonesia. Kendati singkat, durasi film yang hanya 22 menit sesuai judul, film ini mampu menggugah pemikiran penonton sedari mengetahui cuplikan tragedi dahsyat saat itu, aksi sigap pihak kepolisian dalam menangani kasus itu, hingga menorehkan kebencian luar biasa masyarakat pada sekelompok pelaku terorisme. Saya sebagai penulis berharap penayangan film ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat agar menjaga persatuan dan kesatuan walaupun berbeda suku, ras, agama, dan antar golongan. Serta turut membantu pihak kepolisian dalam hal memerangi terorisme.Sehingga situasi dan kondisi NKRI aman, damai dan sejahtera.

Komentar